Tulisan ringkas mengenai Tata Cara Penulisan
Karya Ilmiah ini berupaya memberikan stimulus bagi mahasiswa untuk dapat
mengembangkan potensinya dalam bidang penulisan karya ilmiah dengan memberikan
gambaran singkat tentang teknik penyusunan karya tulis ilmiah. Karena
keterbatasan ruang dan waktu, maka penulis tidak mengkaji teknik penyusunan
karya ilmiah secara komprehensif, namun hanya sekilas informasi dan petunjuk
teknik secara ringkas tentang tata cara penulisan karya tulis ilmiah.
2. Definisi Karya Ilmiah
Karya ilmiah atau tulisan ilmiah adalah karya seorang ilmuan yang ingin
mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni yang diperolehnya melalui
kepustakaan, kumpulan pengalaman, penelitian dan pengetahuan orang lain
Disampaikan dalam Pelatihan Karya Ilmiah yang diselenggarakan oleh BEM*
Fakultas Tarbiyah INISNU Jepara pada tanggal 10 April 2011 di Desa Jambu Alumni Fakultas Syari’ah INISNU Jepara?Barat
Mlonggo Jepara. sebelumnya. Karya ilmiah
merupakan pernyataan sikap ilmiah peneliti. Jadi, bukan sekedar
pertanggungjawaban peneliti dalam penggunaan sumber daya (uang, alat, bahan)
yang digunakan dalam penelitian. Untuk memenuhi standar ilmiah, sebuah karya
harus memenuhi beberapa kriteria, diantaranya adalah kriteria metodologis,
dalam hal ini karya ilmiah harus disusun dengan menggunakan metodologi ilmiah.
Brotowidjojo (1985:8-9) mengemukakan bahwa “karya ilmiah adalah karya ilmu
pengetahuan yang menyajikan fakta dan ditulis menurut metodologi penulisan yang
baik dan benar”. Dengan demikian, penggunaan metodologi yang benar menjadi
salah satu unsur terpenting dalam penyusunan karya ilmiah (Bambang Dwiloka dan
Rati Riana, 2005: 1-6).
Dalam literatur lain, disebutkan bahwa karya tulis ilmiah adalah serangkaian
kegiatan penulisan yang didasarkan pada pengkajian atau penelitian ilmiah yang
ditulis secara sistematis menggunakan bahasa prinsip-prinsip ilmiah. Atau ada
juga yang menyatakan bahwa karya tulis ilmiah adalah karya tulis yang disusun
berdasarkan kriteria ilmiah. (Maizuddin M. Nur, 2010).
3. Jenis Karya Ilmiah
Karya ilmiah mempunyai banyak jenis, tergantung pada penggunaannya. Ada yang
berupa skripsi, tesis, disertasi, laporan penelitian (research report), artikel
untuk dimuat di majalah ilmiah, jurnal atau makalah untuk diseminarkan.
Dalam tulisan ini, penulis akan lebih banyak mendeskripsikan tentang karya
ilmiah jenis makalah. hal ini karena makalah adalah jenis karya ilmiah yang
paling banyak dibuat oleh mahasiswa.
Berdasarkan sifat dan jenis penalaran yang digunakan, makalah dibedakan menjadi
tiga macam, yaitu makalah deduktif, makalah induktif dan makalah campuran.
Makalah deduktif merupakan makalah yang penulisannya didasarkan pada kajian
teoritis (pustaka) yang relevan dengan masalah yang dibahas. Makalah induktif
adalah makalah yang disusun berdasarkan data empiris yang diperoleh dari
lapangan yang relevan dengan masalah yang dibahas. Makalah campuran adalah makalah
yang penulisannya didasarkan pada kajian teoretis digabungkan dengan data
empiris yang relevan dengan masalah yang dibahas. Dalam pelaksanaannya, jenis
makalah pertama merupakan jenis makalah yang paling banyak digunakan (Bambang
Dwiloka dan Rati Riana, 2005: 97-98).
4. Kriteria Ilmiah
M. Nazir, (1988) menjelaskan bahwa karya ilmiah disusun dengan menggunakan
metode ilmiah, yaitu cara menerapkan prinsip-prinsip logis terhadap penemuan,
pengesahan dan penjelasan tentang suatu kebenaran. Adapun kriteria metode
ilmiah adalah :
1.
Berdasarkan
fakta (bukan kira-kira, khayalan, legenda)
2.
Bebas
dari prasangka (tidak subyektif)
3.
Menggunakan
prinsip-prinsip analisis (kausalitas & pemecahan masalah berdasarkan
analisis yang logis)
4.
Menggunakan
hipotesis (sebagai pemandu jalan pikiran menuju pencapaian tujuan)
5.
Menggunakan
ukuran obyektif (bukan berdasarkan perasaan)
6.
Menggunakan
teknik kuantifikasi (nominal, rangking, rating)
Metode ilmiah juga memiliki beberapa
karakteristik, yaitu :
- Bersifat kritis, analistis, artinya
metode menunjukkan adanya proses yang tepat untuk mengidentifikasi masalah
dan menentukan metode untuk pemecahan masalah.
- Bersifat logis, artinya dapat memberikan
argumentasi ilmiah. Kesimpulan yang dibuat secara rasional berdasarkan
buktibukti yang tersedia
- Bersifat obyektif, artinya dapat dicontoh oleh
ilmuwan lain dalam studi yang sama dengan kondisi yang sama pula.
- Bersifat konseptual, artinya proses penelitian
dijalankan dengan pengembangan konsep dan teori agar hasilnya dapat
dipertanggungjawabkan.
- Bersifat empiris, artinya metode yang dipakai
didasarkan pada fakta di lapangan.
Nur Khoiri (2011) memaparkan bahwa suatu karya tulis disebut karya tulis ilmiah
jika: (1) mempermasalahkan pengetahuan ilmiah, (2) penulisannya dijiwai oleh
metode ilmiah, dan (3) memenuhi persyaratan tata cara penulisan keilmuan. Lebih
lanjut dijelaskan pula bahwa yang dimaksud dengan ilmiah adalah bersifat dan
berada pada kawasan keilmuan. Ilmu bagian dari pengetahuan yang diperoleh
dengan menggunakan metode ilmiah. Adapun metode ilmiah adalah cara berfikir
sistematis, logis, rasional, objektif, berdasarkan fakta untuk menemukan,
membuktikan, dan mengembangkan pengetahuan tertentu.
Sebuah karya tulis ilmiah yang disusun berdasarkan hasil penelitian, metode
ilmiah digunakan dengan melalui beberapa tahapan, yaitu:
- Melakukan observasi, menetapkan
masalah dan tujuan
- Menyusun hipotesis
- Menyusun rencana penelitian
- Melaksanakan percobaan
berdasarkan metode yang direncanakan
- Melaksanakan pengamatan dan pengumpulan
data
- Menganalisa dan
menginterpretasikan data
- Merumuskan kesimpulan (teori)
dan saran (Nur Khoiri, 2011)
5. Tahap Penyusunan Karya Ilmiah
Berikut ini akan dijelaskan tentang tahapan penyusunan karya ilmiah menurut
Zaenal Arifin (2003) sebagaimana dikutip oleh Bambang Dwiloka dan Rati Riana
(2005:9-24). Pada dasarnya, dalam penyusunan karya ilmiah terdapat lima tahap,
yaitu :
a. Persiapan
1) Pemilihan Topik/Masalah
Topik/Masalah adalah pokok pembicaraan. Dalam memilih topik/masalah, Arifin (2003:8)
memberikan beberapa pertimbangan :
- Topik yang dipilih harus berada
di sekitar kita, baik di sekitar pengalaman kita maupun di sekitar
pengetahuan kita. Hindarilah topik yang jauh dari kita karena hal itu akan
menyulitkan kita ketika menggarapnya.
- Topik yang dipilih harus topik
yang paling menarik perhatian kita.
- Topik yang dipilih terpusat
pada suatu segi lingkup yang sempit dan terbatas. Hindari pokok masalah
yang menyeret kita kepada pengumpulan informasi yang beraneka ragam.
- Topik yang dipilih memiliki
data dan fakta yang obyektif. Hindari topik yang bersifat subyektif,
seperti kesenangan atau angan-angan kita.
- Topik yang dipilih harus kita
ketahui prinsip-prinsip ilmiahnya, walaupun serba sedikit. Artinya topik
yang dipilih itu janganlah terlalu baru bagi kita.
- Topik yang dipilih harus
memiliki sumber acuan, memiliki bahan kepustakaan yang dapat memberikan
informasi tentang pokok masalah yang hendak ditulis. Sember kepustakaan
dapat berupa buku, majalah, jurnal, surat kabar, brosur, surat keputusan,
situs web, atau undang-undang.
2) Pembatasan Topik dan Penentuan Judul
Jika topik sudah ditentukan dengan pasti sesuai dengan petunjuk-petunjuk, kita
tinggal menguji sekali lagi; apakah topik itu betul-betul cukup sempit dan
terbatas ataukah masih terlalu umum dan mengambang. Jika sudah dilakukan
pembatasan topik, judul karya ilmiah bukanlah hal yang sulit ditentukan karena
pada dasarnya langkah-langkah yang ditempuh dalam pembatasan topik sama saja
dengan langkah-langkah dalam penentuan judul. Perbedaannya adalah pembatasan
topik harus dilakukan sebelum penulisan karya ilmiah, sedangkan penentuan judul
dapat dilakukan sebelum atau sesudah penulisan karya ilmiah. Jika sudah ada
topik yang terbatas, karya ilmiah sudah dapat mulai digarap walaupun judul belum
ada.
Selain dengan pembatasan topik, penentuan judul karya ilmiah dapat pula
ditempuh dengan melontarkan pertanyaan-pertanyaan masalah apa, mengapa,
bagaimana, di mana dan kapan. Tentu saja, tidak semua pertanyaan itu harus
dijawab pada penentuan judul. Dalam sebuah judul, adakalanya dibatasi dengan
memberi sub judul. Sub judul selain berfungsi membatasi judul juga berfungsi
sebagai penjelas atau keterangan judul utama. Dalam hal seperti itu, antara
judul utama dan sub judul harus dibubuhan tanda baca titik dua (:).
3) Pembuatan Kerangka Karya (outline)
Pada prinsipnya, penyusunan kerangka karangan karya adalah proses penggolongan
dan penataan berbagai fakta, yang kadang-kadang berbeda jenis dan sifatnya,
menjadi kesatuan yang berpautan. Penyusun karya ilmiah dapat membuat ragaan
buram, yakni ragaan yang hanya memuat pokok-pokok gagasan sebagai pecahan dari
topik yang sudah dibatasi, atau dapat juga membuat ragaan kerja, yaitu ragaan yang
sudah merupakan perluasan atau penjabaran dari ragaan buram. Tentu saja, jenis
kedua memudahkan penyusunan untu mengembangkan karya (Moeliono, 1998:1; Arifin,
2003:15).
Penulis karya ilmiah harus menentukan dahulu judul-judul bab dan judul subbab
sebelum menentukan kerangka karya. Judul bab dan judul subbab itu merupakan
pecahan masalah dari judul karya ilmiah yang ditentukan. Jika ragaan telah
selesai dibuat, langkah berikutnya adalah pembuatan rencana daftar isi karya
ilmiah. Kita perlu membuat rencana daftar isi yang lengkap, pada bagian awal
dilengkapi dengan tajuk prakata, daftar isi, daftar table (jika ada), daftar
gambar (jika ada), daftar lampiran (jika ada). Bab Pedahuluan/Bab I terdiri
atas latar belakang masalah, identifikasi masalah, cakupan masalah, rumusan
masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian. Kemudian dalam bagian terakhir
daftar isi dicantumkan tajuk bab simpulan dan saran, daftar pustaka dan
lampiran (jika ada).
Pada dasarnya, penulis karya ilmiah mempunyai hak prerogatif untuk menyusun
daftar isinya sendiri. Akan tetapi, paling sedikit sebuah karya ilmiah berisi
tiga bab, yaitu pendahuluan, isi atau analisis, dan penutup. Jika isi atau
analisis itu agak luas, kita dapat memecah isu itu menjadi dua atau lebih bab
sehingga kaya ilmiah menjadi empat bab atau lebih.
b. Pengumpulan Data
Dalam diskursus ilmu penelitian, data dapat dikumpulkan melalui pengamatan
(observasi), wawancara atau eksperimen (percobaan). Adapun langkah-langkah yang
dapat ditempuh dalam pengumpulan data adalah :
1.
Pencarian
informasi/keterangan dari bahan bacaan, seperti buku, surat kabar dan majalah
yang relevan dengan topik tulisan.
2.
Pengumpulan
keterangan dari pihak-pihak yang mengetahui masalah yang akan ditulis
3.
Pengamatan
langsung ke obyek yang akan diteliti
4.
Percobaan
dan pengujian di lapangan atau di laboratorium
c. Pengorganisasian dan Pengonsepan
Jika data sudah terkumpul, penyusun menyeleksi dan mengorganisasi data
tersebut. Penyusun harus menggolongkan data menurut jenis, sifat atau bentuk.
Penyusun menentukan data mana yang akan dibicarakan kemudian. Jadi, penyusun
harus mengolah dan menganalisis data yang ada dengan teknik-teknik yang
ditentukan. Misalnya, jika penelitian bersifat kuantitatif, data diolah dan
dianalisis dengan teknik statistic. Selanjutnya, penyusun dapat mulai mengonsep
karya ilmiah itu dengan urutan dalam ragaan yang ditetapkan.
d. Pemeriksaan/Penyuntingan Konsep
Sebelum mengetik konsep, penyusun terlebih dahulu memeriksanya. Tentu ada
bagian yang tumpang tindih atau ada penjelasan yang berulang-ulang. Buanglah
penjelasan yang tidak perlu dan tambahkan penjelasan yang dirasakan sangat
menunjang pembahasan. Secara ringkas, pemeriksaan konsep mencakup pemeriksaan
isi karya dan cara penyajian karya, termasuk penyuntingan bahasa yang digunakan.
e. Penyajian/Pengetikan.
Dalam mengetik naskah, penyusun hendaklah memperhatikan segi kerapian dan
kebersihan. Penyusun memperlihatkan tata letak unsur-unsur dalam karya ilmiah.
Misalnya penyusun menata unsur-unsur yang tercantum dalam kulit luar,
unsur-unsur dalam halaman judul, unsur-unsur dalam daftar isi, dan unsur-unsur
dalam daftar pustaka.
6. Sistematika Karya Ilmiah
Di atas telah dijelaskan bahwa karya ilmiah memiliki banyak varian. Setiap
varian tersebut memiliki sistematika yang berbeda. Dalam kesempatan ini,
penulis hanya akan mendeskripsikan sistematika penulisan karya ilmiah jenis
makalah. Pertimbangannya, jenis makalah merupakan jenis karya ilmiah yang
paling sering disusun oleh mahasiswa. Sehingga diharapkan akan lebih bermanfaat
secara praktis.
Deskripsi tentang sistematika penulisan makalah berikut ini dikutip dari buku
“Teknik Menulis Karya Ilmiah”karya Bambang Dwiloka dan Rati Riana.
Dari segi jumlah halaman, dapat dibedakan antara makalah panjang dan makalah
pendek. Makalah panjang adalah makalah yang jumlah halamannya lebih dari 20
halaman. Secara garis besar, makalah panjang terdiri dari atas tiga bagian;
yaitu bagian awal, bagian inti dan bagian akhir.
Bagian Awal
- Halaman Sampul
- Daftar Isi
- Daftar Tabel dan Gambar (jika ada)
Bagian Inti
- Pendahuluan
- Latar Belakang Penulisan
Makalah
- Masalah atau Topik Bahasan
- Tujuan Penulisan Makalah
- Teks Utama
- Penutup
Bagian Akhir
- Daftar Rujukan
- Lampiran (jika ada)
Setiap bagian dari sistematika di atas dapat dijelaskan sebagai berikut :
- Halaman Sampul
Dicantumkan judul makalah, keperluan atau maksud ditulisnya makalah, nama
penulis makalah dan tempat serta waktu penulisan makalah. Terkait dengan
pembuatan judul makalah, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan :
1.
Judul
harus mencerminkan isi makalah atau mencerminkan topik yang diangkat.
2.
Judul
sebaiknya dinyatakan dalam bentuk frasa atau klausa, bukan dalam bentuk
kalimat. Itulah sebabnya judul makalah tidak diakhiri dengan tanda titik (.).
3.
Judul
makalah hendaknya singkat dan jelas, sebaiknya berkisar 5-15 buah kata.
4.
Judul
hendaknya menarik perhatian pembaca untuk mengetahui isinya. Namun, judul
makalah harus tetap mencerinkan isi makalah.
- Daftar Isi
Daftar isi dipandang perlu jika panjang makalah lebih dari 20 halaman.
Penulisan daftar isi dilakukan dengan ketentuan (1) judul bagian makalah
ditulis dengan menggunakan huruf kecil (kecuali awal kata selain kata tugas),
(2) penulisan judul bagian dan judul subbagian dilengkapi dengan nomor halaman
tempat pemuatannya dalam makalah, dan (3) penulisan daftar isi dilakukan dengan
menggunakan spasi tunggal dengan antarbagian dua spasi.
- Daftar Tabel dan Gambar
Identitas tabel dan gambar (yang berupa nomor dan nama) dituliskan secara
lengap. Jika tabel dan gambar lebih dari satu buah, sebaiknya penulisan daftar
tabel dan gambar dilakukan terpisah, tetapi jika hanya terdapat sebuah tabel
atau gambar, sebaiknya daftar tabel atau gambar disatukan dengan daftar isi
makalah.
- Bagian Inti
Ada tiga macam cara penulisan yang dapat dipakai dalam susunan bagian inti,
yaitu :
1.
Penulisan
dengan menggunakan angka (Romawi dan atau Arab),
2.
Penulisan
dengan menggunakan angka yang dikombinasikan dengan abjad, dan
3.
Penulisan
tanpa menggunakan angka maupun abjad
- Pendahuluan
Penulisan bagian pendahuluan dapat dilakukan dengan cara seperti berikut :
1.
Setiap
unsur bagian pendahuluan ditonjolkan dan disajikan sebagai subbagian.
2.
Semua
unsur yang terdapat dalam bagian pendahuluan tidak dituliskan sebagai
subbagian, sehingga tidak dijumpai adanya subbagian dalam bagian pendahuluan.
Untuk menandai pergantian unsur, dapat dilakukan dengan pergantian paragraf.
- Latar Belakang
Butir-butir yang seyogyanya ada dalam latar belakang adalah hal-hal yang
melandasi perlunya ditulis makalah. hal-hal dimaksud dapat berupa paparan
teoretis atau pun paparan yang bersifat praktis, tetapi juga bukan alasan yang
bersifat pribadi. Yang pokok, bagian ini harus dapat mengantarkan pembaca pada
masalah atau topik yang dibahas dalam makalah dan menunjukkan bahwa masalah
atau topik tersebut memang perlu dibahas.
- Masalah atau Topik Bahasan
Masalah atau topik bahasan tidak terbatas pada persoalan yang memerlukan
pemecahan, tetapi juga mencakupi persoalan yang memerlukan penjelasan, deskripsi
atau penegasan lebih lanjut. Beberapa pertimbangan dalam menentukan topik
adalah :
1.
Topik
yang dipilih haruslah ada manfaatnya, baik dari segi praktis maupun segi
teoritis dan layak untuk dibahas.
2.
Topik
yang dipilih hendaknya menarik dan sesuai dengan minat penulis.
3.
Topik
yang dipilih haruslah dikuasai, dalam arti tidak terlalu asing atau terlalu
baru bagi penulis.
4.
Bahan
yang diperlukan sehubungan dengan topik tersebut memungkinkan untuk diperoleh
- Tujuan Penulisan Makalah
Makalah dimaksudkan bukan untuk memenuhi tugas yang diberikan oleh seseorang
dan yang sejenis dengan itu, tetapi lebih mengarah pada apa yang ingin dicapai
dengan penulisan makalah tersebut.
- Teks Utama
Bagian teks utama makalah berisi pembahasan topik-topik makalah. Isi bagian
teks utama sangat bervariasi, tergantung topik yang dibahas dalam makalah. Jika
dalam makalah dibahas tiga topik, ada tiga pembahasan dalam bagian teks utama.
Penulisan bagian teks utama dapat dikatakan sebagai inti kegiatan penulisan
makalah. kemampuan seserang dalam menulis bagian teks utama makalah merupakan
cerminan tinggi-rendahnya kualitas makalah yang disusun. Penulisan bagian teks
utama yang baik adalah yang dapat membahas topik secara mendalam dan tuntas,
dengan menggunakan bahasa yang baik dan benar. Pengertian mendalam dan tuntas
ini tidak selalu berarti panjang dan bertele-tele. Dalam penulisan teks utama,
hindarilah penggunaan kata-kata tanpa makna dan cara penyampaian yang
melingkar-lingkar. Hindarilah kata-kata seperti : dan sebagainya, dan lain-lain
(yang lain itu apa), yang sebesar-besarnya (seberapa besarnya).
Penulisan teks utama makalah dapat dilakukan setelah bahan penulisan makalah
berhasil dikumpulkan. Bahan penulisan dapat berupa bahan yang bersifat teoritis
(yang diperoleh dari buku teks, laporan penelitian, jurnal, majalah dan barang
cetak lainnya) atau dapat juga dipadukan dengan bahan yang bersifat
factual-empiris (yang terdapat dalam kehidupan nyata).
- Penutup
Bagian penutup berisi simpulan atau rangkuman pembahasan dan saran (jika
dipandang perlu). Bagian ini menandakan berakhirnya makalah. Penulisan bagian
penutup dapat dilakukan dengan menggunakan teknik berikut.
1.
Penegasan
kembali atau ringkasan dari pembahasan yang telah dilakukan, tanpa diikuti
dengan simpulan. Hal ini dilakukan karena masih belum cukup bahan untuk
memberikan simpulan terhadap masalah yang dibahas, atau dimaksudkan agar
pembaca menarik kesimpulan sendiri.
2.
Menarik
simpulan dari apa yang telah dibahas pada teks utama makalah.
Selain itu, pada bagian ini juga
dapat disertakan saran atau rekomendari sehubungan dengan masalah yang dibahas.
Saran harus relevan dengan apa yang telah dibahas. Saran yang dibuat haris
eksplisit, kepada siapa saran ditujukan dan tindakan atau hal apa yang
disarankan.
- Daftar Rujukan
Teknik penulisan daftar rujukan dibahas dalam materi teknik notasi ilmiah dalam
makalah ini.
- Lampiran
Bagian ini berisi hal-hal yang bersifat pelengkap yang dimanfaatkan dalam
proses penulisan makalah. Bagian ini hendaknya juga bernomor halaman.
7. Teknik Penulisan
Materi tentang teknik penulisan karya ilmiah dalam tulisan ini mengacu pada
pedoman penulisan skripsi bagi mahasiswa S.1 INISNU Jepara tahun 2007. Beberapa
hal yang perlu dipahami tentang teknik penulisan adalah sebagai berikut :
- Penulisan karya ilmiah
menggunakan Bahasa Indonesia yang baik dan benar mengacu pada Pedoman Umum
Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan; dan jika di pandang mampu maka
dapat menggunakan Bahasa Arab dan atau Bahasa Inggris
- Informasi disajikan dengan
bahasa yang lugas, sederhana, tepat dan langsung pada persoalan yang
dibicarakan;
- Penulisan istilah yang berasal
dari bahasa asing dan daerah, dengan huruf miring (italic), seperti kata
istinbath al-ahkam (istinbâth al-ahkâm), drop out (drop out), gugur gunung
(gugur gunung);
- Untuk menghindari
subyektivitas, penulisan karya ilmiah tidak diperbolehkan menggunakan kata
saya, aku, kami atau kita kecuali dalam kata pengantar;
- Penulisan ayat al-Quran dan
teks al-Hadist sesuai dengan aslinya, memperhatikan tanda-tanda baca yang
tertera, disertai syakalnya dengan menggunakan mushaf Utsmâni serta
menyebutkan nama surat dan nomor ayat untuk teks al-Quran dan nama perawi
untuk teks al-Hadist.
8. Bentuk dan Format Penulisan
Berdasarkan pengalaman penulis, setiap literatur memberikan ketentuan yang
berdeda-beda tentang bentuk dan format penulisan karya ilmiah, tergantung pada
siapa atau instansi apa yang menerbitkan ketentuan tersebut. Namun, secara umum
bentuk dan format penulisan karya ilmiah adalah sebagai berikut :
- Naskah diketik dengan jenis
huruf standard (Times New Roman) dengan ukuran/font 12 dan line spacing
1,5;
- Karya ilmiah berbahasa Arab
menggunakan font Traditional Arabic dengan huruf ukuran 18;
- Kertas yang dipergunakan untuk
penulisan karya ilmiah adalah Kuarto (A4) ukuran 21 x 29,7 cm berat 70 –
80 gsm;
- Batas margin kiri dan atas 4
cm, kanan dan bawah 3 cm, sedangkan untuk karya ilmiah yang ditulis dengan
Bahasa Arab maka margin kanan dan atas 4 cm, kiri dan bawah 3 cm;
- Setiap satu lembar kertas
kuarto hanya digunakan satu halaman saja (tidak bolak balik) diketik
dengan spasi ganda, sedangkan karya ilmiah berbahasa Arab dengan jarak 1
spasi;
- Alinea baru dimulai pada
ketukan ketujuh dari margin kiri bagi karya ilmiah yang berhuruf latin
atau dari margin kanan bagi skripsi yang berhuruf Arab;
- Judul karya ilmiah ditulis
dengan huruf kapital (besar) di tengah, ukuran huruf dengan memperhatikan
estetika penulisan.
- Judul bab ditulis dengan huruf
kapital (besar) di tengah, sub judul bab ditulis dari tepi kiri, awal kata
menggunakan huruf kapital, demikian juga anak sub judul atau sub anak
judul disusun sedemikian rupa dengan memperhatikan estetika penulisan;
- Penomoran halaman dimulai dari
Bab I sampai akhir halaman menggunakan angka arab (1, 2, 3, 5, 6 dst.)
diletakkan di sebelah kanan atas, kecuali nomor halaman bab baru yang
diletakkan di tengah bagian bawah, sub judul ditulis dari tepi kiri, awal
kata menggunakan huruf kapital kecuali kata penghubung/sambung, demikian
juga anak sub judul atau sub anak judul disusun sedemikian rupa dengan
memperhatikan estetika penulisan, sedangkan pada halaman judul sampai
halaman daftar isi menggunakan huruf Romawi kecil (seperti i, ii, iii, iv,
v, dst.) yang diletakkan di tengah bagian bawah;
- Penomoran tabel atau gambar
diberi nomor urut dengan angka arab (Tabel 1., Tabel 2., dst.);
- Nomor kutipan atau catatan kaki
pada masing-masing bab ditulis berturut-turut sampai akhir bab dan dimulai
kembali dengan nomor satu pada bab berikutnya;
- Abstrak skripsi diketik 1 spasi
maksimal 2 halaman, ditulis dalam Bahasa Indonesia.
9. Teknik Notasi Ilmiah.
a. Kutipan
1.
Kutipan
terdiri dari dua macam, yaitu : [a] Kutipan Langsung
adalah kutipan yang sama dengan bentuk asli yang dikutip baik dalam susunan
kata maupun tanda bacanya. Kutipan langsung tidak dibenarkan lebih dari satu
halaman. Kutipan langsung dipergunakan hanya untuk hal-hal yang penting saja
seperti definisi atau pendapat seseorang yang khas. Kutipan langsung yang tidak
lebih dari empat baris, diketik biasa dalam teks skripsi dengan diawali dan
diakhiri oleh tanda petik(“) dan diberi nomor kutipan yaitu dengan pola catatan
kaki (footnote). Ini dimaksudkan jika diperlukan notasi dapat lebih leluasa dan
memudahkan pembaca. Kutipan yang lebih dari empat baris, diketik dengan masuk
(menjorok) tujuh ketukan dan tidak dibubuhkan tanda petik, serta ditulis dengan
jarak 1 spasi. Kutipan terjemah al-Qur’an dianggap seperti kutipan langsung,
diketik 1 spasi meskipun kurang dari empat baris, tidak ditulis miring dan
tidak menyebut kata Artinya; [b] Kutipan tak langsung
(parafrase) adalah kutipan yang hanya mengambil isinya saja, seperti
saduran, atau ringkasan. Dalam kutipan semacam ini, penulis tidak perlu memberi
tanda petik, ditulis seperti teks biasa dengan menyebut sumber pengambilannya;
2.
Sumber
kutipan merujuk pada ilmuwan yang ahli dalam bidangnya;
3.
Kutipan
dalam karya ilmiah diantaranya harus mencakup minimal satu sumber/buku yang
berbahasa Arab dan satu sumber/buku berbahasa Inggris yang terkait dengan pokok
bahasan, tidak termasuk kamus;
4.
Kutipan
Tafsir dan Hadist harus bersumber pada kitab asli (sumber primer).
5.
Kutipan
dapat bersumber dari internet atau CD dengan mencantumkan situs dan menunjukkan
print-outnya.
b. Catatan Kaki (footnote)
1) Catatan kaki merupakan catatan
pada bagian kaki halaman teks yang menyatakan sumber sesuatu kutipan atau
pendapat mengenai sesuatu hal yang diuraikan dalam teks;
2) Catatan kaki dapat berfungsi
sebagai tambahan yang berisi komentar atau penjelasan yang dianggap tidak dapat
dimasukkan di dalam teks;
3) Catatan kaki diketik satu spasi
dan dimulai langsung dari margin kiri untuk tulisan latin dan margin kanan
untuk tulisan Arab, dimulai pada ketukan kelima di bawah garis catatan kaki;
4) Catatan kaki pada tiap bab diberi
nomor urut mulai dari angka 1 sampai habis, dan diganti dengan nomor 1 kembali
pada bab baru;
5) Cara penulisannya secara
berurutan: nama pengarang (tanpa gelar dan tidak dibalik), koma, judul
sumber/buku dengan huruf kapital setiap awal kata kecuali kata tugas, koma,
jilid/juz, koma, kurung buka kemudian tempat/kota penerbit, titik dua, nama
penerbit, koma, tahun terbit kemudian kurung tutup, koma, nomor cetakan, koma,
dan nomor halaman diakhiri dengan titik;
6) Judul buku dengan huruf miring (italic), kecuali berbahasa Arab maka ditulis
dengan huruf tebal (bold) dan halaman (صفحة ) bisa disingkat dengan hlm. atau
ص. (dalam bahasa Arab), contoh :
1Mastuhu, Menata Ulang Pemikiran
Sistem Pendidikan Nasional dalam Abad 21, (Yogyakarta: Safiria Insania
Press dan UII, 2003), Cet. 1, hlm. 15.
7) Nama pengarang yang jumlahnya terdiri dari dua orang, maka kedua nama itu
ditulis. Apabila lebih dari dua orang hanya disebutkan nama pengarang yang
pertama dan setelah tanda koma dituliskan singkatan et. al. ditulis dengan
huruf miring (italic) atau dkk., atau واخرون (dalam bahasa Arab). Contoh:
Djaali, Pudji Mulyono dan Ramly, Pengukuran dalam Bidang Pendidikan, Jakarta:
PPS Universitas Negeri Jakarta, 2000. Penulisan dalam footnote sebagai berikut
:
2Djaali,
et. al., Pengukuran dalam Bidang Pendidikan, (Jakarta: PPS Universitas
Negeri Jakarta, 2000), hlm. 10.
8) Kumpulan karangan yang dirangkum oleh editor, yang dianggap pengarangnya
atau yang dicantumkan dalam catatan kaki nama editor saja. Caranya dibelakang
nama editor itu dicantumkan “(ed.)” dengan italic (ed.). Bila editornya lebih
dari satu maka diberi tambahan “s” (eds.), sedangkan untuk bahasa Arab ditulis
dengan تحقيق. Contohnya:
3Mastuhu (ed.), Penelitian
Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1998), hlm. 125.
4Harun Nasution dan
Azyumadi Azra (eds.), Perkembangan Modern dalam Islam, (Jakarta: Yayasan
Obor Indonesia, 1985), hlm. 125.
9) Apabila dari sumber yang sama dikutip lagi pada halaman yang sama maka cukup
dengan “Ibid.” (dicetak miring) atau وفس الر جع (dicetak tebal dalam bahasa
Arab) tanpa menyebutkan halamannya lagi. Ibid. singkatan dari Ibidem yang
berarti pada tempat yang sama. Sedangkan bila dari sumber yang sama dikutip lagi
pada halaman yang berbeda, maka dalam catatan kaki ditulis: Ibid., lalu
disebutkan halamannya, contoh:
5Sutrisno
(eds.), Paradigma Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2001),
hlm. 20,
6Ibid. (bila mengutip halaman yang sama).
7Ibid., hlm. 30. (bila mengutip pada halaman yang berbeda).
10) Apabila dari sumber tersebut dikutip lagi tetapi telah diselingi oleh
kutipan dari sumber lain, maka pada catatan kaki ditulis: Nama pengarang, Judul
buku / sumber (jika ada lebih dari satu buku), op.cit., (italic) atau المر جع
السابق (dicetak tebal dalam bahasa Arab) diikuti hlm. Adapun op.cit, singkatan
daru “opere citato” yang artinya dalam karangan yang telah disebut. Sedangkan
apabila dari halaman yang sama dikutip lagi tetapi telah diselingi kutipan dari
sumber lain, maka ditulis loc.cit atau وفس المكا (dicetak tebal dalam bahasa
Arab). Tanpa menyebutkan halaman. loc.cit. adalah singkatan dari “loco citato”
yang artinya pada tempat yang telah dikutip. Contoh :
8Mustaqim, Psikologi Pendidikan, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2001), hlm. 21.
9Fazlur Rahman, Islam dan Modernitas, (Bandung: Pustaka, 1986), hlm.
65.
10Mustaqim, op.cit., hlm. 30.
11Fazlur Rahman, loc.cit.
11) Apabila buku itu berjilid dan yang digunakan lebih dari satu jilid, maka
bila ingin menyebutkan lagi sumber yang terdahulu harus dicantumkan nama
pengarang dan nomor jilidnya. Contoh :
12Harun
Nasution, Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya, Jilid 1, (Jakarta: UI
Press, 1973), Cet. 3, hlm. 25.
13
Ibid., Jilid 2, hlm. 40.
14 Harun
Nasution, op.cit., Jilid I, hlm.36
15Zamakhsyari
Dhofier, Tradisi Pesantren, (Jakarta: LP3ES, 1985), hlm. 75.
16Harun
Nasution, Loc.cit., Jilid I.
12) Kutipan yang berasal dari buku yang berbentuk bunga rampai (antologi) atau
kumpulan tulisan dari beberapa penulis, cara penulisannya sebagai berikut: nama
penulis, koma, tanda petik (“), judul tulisan, tanpa petik (“), koma, dalam,
nama editor, koma, judul buku, (italic), koma, kurung buka, tempat terbit,
titik dua, nama penerbit, koma, tahun terbit, kurung tutup, koma, dan halaman.
Contoh:
17Abdurrohma
Masud, “Pendidikan Islam Kontemporer: Problem Utama, Tantangan dan Prospek”,
dalam Ismail (eds.), Paradigma Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2001), hlm. 278.
13) Kutipan yang berasal dari majalah ditulis sebagai berikut : nama penulis,
koma, judul artikel diapit tanda petik (“---“), koma, nama majalah ditulis
italic, koma, volume, koma, nomor edisi, koma, bulan, koma, tahun terbit, koma
dan nomor halaman.
Contoh:
18Novel
Ali, “Kejahatan Sebagai Akibat Lumpuhnya Pendidikan Moral”, Panji Masyarakat,
XXXV, 789, April, 1994, hlm. 66.
14) Kutipan yang berasal dari surat kabar cara penulisannya sebagai berikut:
nama penulis, koma, judul artikel diapit tanda petik (“---“), koma, nama surat
kabar ditulis miring, koma, tempat terbit, koma, tanggal, bulan dan tahun
terbit, koma, diakhiri dengan nomor halaman sesuai sumbernya. Contoh:
19Abdurrohman Said, “Pendidikan Agama setengah Hati”, Suara Merdeka,
Semarang, 4 Juli 2003, hlm. VI.
15) Kutipan yang berasal dari karya ilimiah yang tidak / belum diterbitkan,
cara penulisannya: nama pengarang, koma, judul karangan ilmiah dengan diapit
tanda petik (“---“), koma, disebutkan skripsi, tesis atau disertasi, koma,
kurung buka, nama kota penyimpanan, titik dua, nama tempat penyimpanan, koma,
tahun penulisan, koma, kurung tutup, koma, nomor halaman, dan keterangan tidak
diterbitkan yang disingkat dengan “t.d.”sedangkan untuk Bahasa Arab ditulis
dengan عخطو ط contoh:
20Nasirudin,
“Asketisisme Hasan Al-Bashri (Tinjauan Sosio-Historis)”, Tesis Pascasarjana
IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, (Yogyakarta: Perpustakaan Pascasarjana IAIN
Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2000), hlm. 23, t.d.
16) Kutipan yang berasal dari buku / kitab yang asli dan terjemahnya, angka
kutipan diletakkan di belakang terjemah; sedangkan kutipan yang berasal dari
buku / kitab berbahasa asing tanpa terjemah maka angka kutipan diletakkan di
belakang kutipan tersebut. Hal ini dimaksudkan untuk membedakan antara
terjemahan dari penerjemah dan penulis sendiri.
17) Sumber kutipan yang tidak ada tempat terbitnya maka tempat terbitnya
ditulis dengan singkatan tt.p. atau بدون مكان (dalam Bahasa Arab), jika tidak
ada penerbitnya maka nama penerbit ditulis dengan singkatan t.p. ( بدون وا شر )
dan jika tidak ada tahun terbitnya maka ditulis t.t atau بدون تاريخ (dalam
Bahasa Arab). Sedang untuk singkatan الطبعة menggunakan ط. , dan singkatan
الجزء
menggunakan huruf
ج.
18) Sumber kutipan yang diambil dari
internet cara penulisannya adalah sebagai berikut : nama penulis, koma, judul
artikel diapit tanda petik (“---“), koma, nama situs koma, nomor halaman.
Contoh :
21Ahmad Sapari, “Kurikulum
Berbasis Kompentensi”, http://www.surya.co.id./30052002/12pini.phtml, hlm. 2.
c. Daftar Kepustakaan
1) Daftar pustaka, yang merupakan keterangan mengenai bahan bacaan yang
dijadikan rujukan dalam proses pembuatan skripsi, ditempatkan diakhir skripsi
dengan jarak satu (1) spasi dan tidak menggunakan nomor urut. Sedangkan jarak
antara dua sumber pustaka satu setengah (1,5) spasi;
2) Daftar pustaka ditulis dengan urutan: nama pengarang (nama kedua), koma,
nama lengkap (tanpa gelar), koma, judul buku dicetak miring (italic), koma,
jilid atau volume, koma, tempat penerbitan, titik dua, nama penerbit, koma,
tahun penerbitan, koma, nomor cetakan;
3) Penulisan nama pengarang disusun secara alfabetik dengan mendahulukan nama
keluarga dan marga (kalau ada) atau nama belakang, dan diketik pada ketukan
pertama. Untuk singkatan mengikuti nama terakhir. Bila informasi tentang
buku/sumber rujukan itu melebihi satu baris, maka baris kedua dan berikutnya
diketik mulai ketukan kelima. Contoh :
Nasution, Harun., Islam Ditinjau dari berbagai Aspeknya, Jilid I, Jakarta:
UI Press, 1973, Cet. 3.
Sapari, Ahmad “Kurikulum Berbaris Kompetensi”, http://www.surya.co.id./30052002/12pini.phtml.
4) Apabila penulis terdiri dari dua orang, maka nama kedua-duanya ditulis,
dihubungkan dengan kata dan, seperti Nashiruddin dan Karnadi. Apabila lebih
dari dua orang, ditulis nama pertama dan diikuti kata dkk. (dan kawan-kawan)
atau واخرون (dalam bahasa Arab), seperti Nashiruddin dkk. ( واصرالديه
واخرون ).
5) Apabila ada dua karangan atau lebih berasal dari pengarang yang sama, maka
nama pengarang dicantumkan satu kali, lainnya cukup diganti dengan garis
sepanjang lima ketukan dari garis margin kiri (tulisan latin) dan margin kanan
(bahasa Arab) dan diikuti oleh koma, dengan ketentuan mendahulukan sumber
pustaka yang lebih dahulu penerbitannya.
Contoh :
Nasution, Harun., Islam Ditinjau dari berbagai Aspeknya, Jilid I, Jakarta:
UI Press, 1973, Cet. 3.
____, Teologi Islam, Jakarta: UI Press, 1986.
6) Apabila berupa buku terjemahan maka ditulis pengarang yang asli, koma, judul
buku, koma, kata terj. Atau تر جمة (dalam bahasa Arab), nama penerjemah, koma,
tempat penerbit, titik dua, nama penerbit, koma, tahun terbit diakhiri dengan
titik. Contoh :
Benda, Harry J., Bulan Sabit dan Matahari Terbit : Islam Indonesia pada Masa
Pendudukan Jepang, terj. Daniel Dhakidae, Jakarta: Pustaka Jaya, 1980.
7) Jika penulis dan tahunnya sama, sedangkan judul bukunya berbeda maka
dibelakang keterangan tahun diberi kode a, b, c, dan seterusnya sesuai dengan
bulan terbit. Contoh :
Nasution, Harun., Islam Ditinjau dari berbagai Aspeknya, Jilid I, Jakarta:
UI Press, 1986a, Cet. 3.
____, Teologi Islam, Jakarta: UI Press, 1986b.
8) Sumber kutipan yang diambil dari internet cara penulisannya adalah sebagai
berikut: nama penulis, koma, judul artikel diapit tanda petik (“---“), koma,
nama situs, titik.
Contoh :
Sapari, Ahmad “Kurikulum Berbaris Kompetensi”,
http://www.surya.co.id./30052002/12pini.phtml.
10. Epilog
Sebagai catatan akhir, penulis ingin
mengutip semangat mahasiswa jurnalis yang senantiasa didengungkan untuk
menggelorakan semangat berkarya :
"Menulislah agar dibaca orang,
atau berbuatlah agar ditulis orang,
niscaya kau akan abadi"
(LPM Bursa)
-------------------------------------------------------------
Daftar Pustaka
- BAUAK INISNU Jepara, Pedoman
Penyusunan Skripsi Mahasiswa Program Sarjana (S1) INISNU Jepara,
Jepara: INISNU Press, 2007
- Dwiloka, Bambang dan Rati
Riana, Teknik Menulis Karya Ilmiah, Jakarta: PT Rineka Cipta, 2005,
Cet. 1
- Nazir, M., Metodologi
Penelitian, Jakarta: Ghalia Indonesia, 1988
- Singarimbun, M., Effendi, S., Metode
Penelitian Survai, Jakarta : LP3ES, 1995
- Soemanto, Wasty, Pedoman
Teknik Penulisan Skripsi (Karya Ilmiah), Jakarta: Bumi Aksara, 2005,
Cet.